Oleh Emha Zainul Mukminin
CEIS, sebagai sebuah gagasan lembaga atau wadah, sering kali diperbincangkan dengan penuh semangat. Banyak yang mengaitkannya dengan potensi besar, visi yang luas, serta peran strategis yang bisa dimainkan di masa depan. Namun, mari kita jujur: apapun itu, CEIS sampai saat ini belum punya produk yang benar-benar bisa ditunjukkan ke publik.
![]() |
Emha Zainul Mukminin |
Ketika sebuah lembaga lahir, tentu harapan masyarakat bukan sekadar nama atau jargon, melainkan karya nyata. Produk dalam bentuk program, penelitian, atau inovasi adalah bukti keberadaan yang sesungguhnya. Tanpa itu, CEIS hanya menjadi sekumpulan wacana yang berputar di ruang diskusi, tanpa pijakan konkret.
Bukan berarti CEIS tidak punya potensi. Justru sebaliknya, ia memiliki peluang besar untuk tampil sebagai pemain penting dalam pengembangan ilmu maupun kebijakan. Tetapi potensi yang tidak diwujudkan hanya akan menjadi janji kosong. Di sinilah pentingnya membangun produk awal, sekecil apapun, sebagai pijakan untuk berkembang lebih jauh.
Kita bisa belajar dari banyak lembaga lain. Mereka yang berhasil bertahan bukan karena nama besar, melainkan karena konsistensi menghadirkan produk. Produk bisa sederhana, bisa berupa riset kecil, modul pelatihan, atau bahkan publikasi singkat. Yang penting, ada sesuatu yang bisa ditunjukkan sebagai bukti kerja.
CEIS tentu tidak boleh terus-menerus bersembunyi di balik narasi idealisme. Ia harus mulai mengambil langkah konkret. Bahkan sebuah organisasi kecil sekalipun, jika punya produk nyata, akan lebih mudah mendapatkan pengakuan. Sebaliknya, organisasi dengan nama besar tapi nihil karya akan mudah dilupakan.
Saya yakin, CEIS sebenarnya mampu melahirkan produk yang relevan dan bermanfaat. Hanya saja, ia membutuhkan dorongan untuk keluar dari zona nyaman wacana menuju ruang implementasi. Tantangannya bukan soal ide, melainkan keberanian mengeksekusi ide menjadi hasil nyata.
Oleh karena itu, saya menutup tulisan ini dengan catatan sederhana: apapun itu, CEIS belum punya produk. Dan selama belum ada produk yang bisa dirasakan, sulit bagi kita untuk menyebut CEIS sebagai lembaga yang benar-benar hidup. Saatnya berhenti hanya berbicara, dan mulai membuktikan dengan karya.