Oleh: Miptahul Khair
Dalam setiap gagasan yang lahir dari pena Ahmad Tabibuddin, saya menemukan kejujuran yang khas. Namun, terkadang kejujuran itu hadir dalam bentuk yang begitu cair, mengalir, bahkan cenderung samar. Ia menyingkapkan sesuatu, tetapi masih menyisakan ruang tafsir yang begitu luas. Karena itu, saya ingin berkata: Ahmad Tabibuddin, tolong ditegaskan. Bukan untuk membatasi, melainkan agar pikiran-pikiran itu lebih kuat menancap.
![]() |
Miptahul Khair |
Kita tahu, dalam ruang wacana, kelembutan bahasa bisa jadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia mengundang pembaca untuk masuk tanpa rasa terancam. Di sisi lain, ia berpotensi melahirkan keragu-raguan. Maka, ketika sebuah ide seharusnya menjadi pijakan, ia bisa saja terasa seperti sekadar undangan untuk merenung. Di titik inilah saya meminta: tegaslah, agar kita tak hanya merenung, tapi juga bergerak.
Penegasan itu penting, terutama di zaman ini, ketika kabar berseliweran tanpa arah, ketika opini begitu cepat bercampur dengan fakta. Jika gagasan hanya berputar dalam bentuk kemungkinan, ia rawan ditelan arus besar informasi. Padahal, gagasan Tabibuddin punya kekuatan, punya daya untuk menjadi kompas. Maka, jangan biarkan ia sekadar menjadi bisikan yang lembut, tetapi jadikan ia teriakan yang bisa didengar banyak orang.
Namun tentu, ketegasan tidak berarti kehilangan kelembutan. Justru sebaliknya, kelembutan akan lebih bermakna bila ada garis yang jelas. Seperti tinta hitam di atas kertas putih, semakin tegas ia ditulis, semakin jelas pula ia terbaca. Dalam setiap tulisan Ahmad Tabibuddin, ada benih keberanian yang bisa diperbesar dengan penegasan, tanpa harus kehilangan nuansa humanis yang selalu ia bawa.
Saya menuliskan ini bukan sebagai kritik yang merendahkan, tetapi sebagai ajakan. Ajakan agar setiap gagasan yang dilahirkan tidak berhenti sebagai wacana yang indah, melainkan menjadi arah yang nyata. Dunia membutuhkan pemikir yang tidak hanya piawai menyusun kata, tetapi juga berani menancapkan sikap.
Pada akhirnya, saya yakin, Ahmad Tabibuddin mampu melakukan itu. Sebab dalam setiap baris tulisannya, selalu ada kekuatan yang menunggu untuk dipertegas. Ia hanya butuh keberanian tambahan untuk menyatakan dengan lantang apa yang sebenarnya ia yakini. Dan ketika itu dilakukan, gagasannya akan menjadi lebih hidup, lebih membekas, dan lebih berguna bagi banyak orang.
Maka sekali lagi, dengan penuh hormat saya katakan: Ahmad Tabibuddin, tolong dipertegas. Sebab dunia tidak kekurangan kata, tapi sangat merindukan ketegasan.